Sabtu, 28 Mei 2022

Who Else Desires To Know The Mystery Behind Indomie Goreng?

Huhu bete. Nah abis makan kita ngebecak lagi deh ke alun-alun yang rame kalo malem itu. Bahagia. Malem itu ujan rintik-rintik, tadinya ingin ke alun-alun tapi ga memungkinkan karena disana kan outdoor semua. Hufty. Setelah sekitar beberapa lama akhirnya kami semua menaiki taksi bapak botak tersebut untuk langsung ke bandara. Lumayan lama kita disini karena beberapa dari kami harus mandi dan bersih-bersih serta ganti kostum untuk subsequent vacation spot, bahkan ada yang masih memesan indomie goreng untuk kembali mengganjal perutnya. Yang ini gue ngikutin aja odri dan mamanya mau ngapain, eh ternyata ga ngapa-ngapain cuma jalan-jalan aja liat liat sekitar karena mungkin merasa gak semuda itu buat tolol-tololan nyebrangin beringin kembar sambil merem dan kurang orang untuk naik sepeda heboh yang ada lampunya. Nah, buying-buying kecil udah, sekarang kita jalan-jalan lagi ke daerah keraton Jogja. Kaki udah pegel, sebelum ke resort kita ambil pesenan bakpia dulu di bakpia Kurnia Sari sekalian beli oleh-oleh. Mamanya Odri setengah maksa minta fotoin dulu di lobi hotel. Karena waktu dirasa masih mencukupi, kita memutuskan untuk mampir dulu ke museum Affandi. Mamanya Odri ngidam banget sama bakso di deket lodge karena masaknya masih pake tungku api yang pake kayu itu, katanya rasanya bakal beda.

Resep Indomie Goreng Super Pedas oleh Nila Aviana - Cookpad Dari pelataran tersebut masih mengharuskan untuk jalan kaki kira-kira selama 30 menit untuk menyentuh mulut goa. Kira-kira perjalanan satu jam dan melewati jalanan lumayan sempit sampai di pelataran tempat buat menumpang parkir bus yang kami tumpangi. Mungkin karena terlalu pagi kita sampai, bahkan warung yang berada persis disebelah pelataran tersebut belum selesai menata barang dagangannya. Azek. Di pagi hari, setelah sarapan menu tradisional (tapi gue cuma makan roti doang karena udah kebiasaan ga sarapan) sekitar jam8 bapak jowo avanza yang lovely itu jemput. Raminten itu semacam tempat makan yang aneh, aneh pelayannya, aneh bau dupa nya, aneh ngantrinya, aneh aja lah pokoknya menurut gue. Ditambah lagi saya bisa hunting object foto untuk yang pertama kalinya. Perlu menyewa lampu penerangan kepada penduduk yang lumayan mahal sih saya kira, waktu itu kita sewa 2 lampu, ditambah retribusi masuk kena 350 ribu. Perlu hati-hati melangkah, karena di beberapa tempat disamping jalan terdapat lubang vertical ke bawah yang jika terperosok entah itu dalam atau tidak saya tidak tahu.

Namun yang perlu diketahui adalah bahwa kebutuhan gizi untuk tiap-tiap orang adalah berbeda-beda dan dalam tiap bungkus mie immediate belum tentu memiliki kandungan yang sama persis seperti pada informasi nilai gizi pada kemasan pembungkus. 5. Masukkan telur, orak arik hingga menyelimuti sayuran yang sudah dimasukkan tadi. Dengan waktu 1 jam saja, Jakarta sudah di depan mata. Benar saja belum sampe memejamkan mata lagi, bus sudah sampai pada turunan jalanan yang sempit dan bergoyang. Jadi setelah sampai hotel gue ke kamar duluan biar cepat mandi dan istirahat sementara odreh dan mamanya beli wedang ronde (atau semacamnya) di abang depan lodge. Biar ga matiin usaha lokal katanya. Lolos di pos masuk dengan membayar 5 ribu per orang, melewati tepi sungai yang konon katanya bisa merendam rumah-rumah disekitarnya disaat musim hujan, persawahan yang sayangnya sudah selesai dipanen dan sampailah pada pemandangan di mana terdapat genangan air yang berasal dari ketinggian yang disebut Curug Cikaso. Pada 17 Desember 1998 ia menggugat Indofood ke pengadilan, karena ia merasa telah dipaksa menjual sahamnya dan mereknya di PT Indofood Interna dengan harga rendah. Makanan ini pun telah menjamur di jakarta. Dengan adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk disekresikan keluar. Landing di Jakarta dengan selamat.

Jam 20.15 rombongan berangkat menuju sukabumi, bus yang kami tumpangi cukup nyaman untuk kalangan yang menyebut dirinya "surFIFers", bus mini AC berkapasitas 27 (termasuk sopir dan kenek) merk "ARION" meluncur melewati padatnya toll lingkar luar jakarta. Semacam metropole gitu kalo di Jakarta. Kalo gue ga beli batik, teh neysa kan juragan batik, gue udah cukup eneg liat batik untuk diri sendiri. Take off dan landing yang cukup mulus untuk ukuran pesawat kecil yang kami tumpangi, siang harinya Jogjakarta menyambut kami dengan udara hangat dan bandara adisucipto yang supermini kalo dibandingin sama soetta. Abis jumatan, dengan perut kenyang kita caw lagi ke kota gede, liat-liat perak. Setelah verify in dan istirahat bentar, seperti turis-turis pada umumnya, kami jalan-jalan menyusuri Malioboro sampai ujung jalan Malioboro di Benteng Vredeburg dan masuk liat-liat kesana. Puas jalan-jalan disana, diantara museum-candi-dan-pemandangan-indah di Prambanan, gue paling suka ketika semua turis mesti pake kain batik yang warnanya item-putih itu sebelum masuk ke kawasan candi.

0 komentar:

Posting Komentar